BIKASMEDIA.COM, KONAWE SELATAN – Komunitas Babibucom, atau Babibu Community, kembali menggelar agenda rutinnya yang dikenal sebagai “Norak” (Nongkrong Rekan Komunitas) pada Minggu, 14 September 2025. Acara kali ini berlangsung di SMAN 23 Konawe Selatan dan berfokus pada pembahasan buku Mindset karya Carol Dweck, yang mengupas tuntas tentang konsep growth mindset dan fixed mindset.
Kegiatan tersebut mendapat sambutan hangat dari pihak sekolah, yang turut dihadiri oleh siswa-siswi SMAN 23 Konawe Selatan serta perwakilan dari berbagai SMA lain di wilayah tersebut.

Cahaya Tohamba, salah satu anggota Babibucom yang bertindak sebagai moderator, menyampaikan antusiasmenya. “Kami disambut hangat oleh ketua osis dan keluarga besar SMAN 23 Konawe Selatan,” ujarnya.
Diskusi ini dipimpin oleh pemantik Maria Rizki Amalia dan moderator Cahaya Tohamba. Maria memaparkan poin-poin penting dari buku Mindset, khususnya mengenai perbedaan antara fixed mindset dan growth mindset.
Menurutnya, fixed mindset adalah keyakinan bahwa kecerdasan, bakat, dan kemampuan merupakan sifat bawaan yang tidak bisa diubah. Sebaliknya, growth mindset meyakini bahwa semua hal tersebut bisa dikembangkan melalui usaha dan kerja keras.
“Dengan growth mindset, seseorang melihat kegagalan sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh,” jelas Maria. “Itu adalah pola pikir yang mendorong kita untuk terus berkembang.”
Untuk membuat diskusi lebih hidup, Maria melontarkan beberapa pertanyaan kepada peserta, memancing untuk berpartisipasi aktif. Hasilnya, sesi diskusi berjalan interaktif dan setara, di mana setiap peserta dapat berkontribusi dengan antusias dan menunjukkan daya berpikir kritis yang tinggi.

Di akhir acara, Nopriawan Saputra, Pembina OSIS SMAN 23 Konawe Selatan, menyampaikan rasa terima kasihnya atas kunjungan Komunitas Babibucom.
“Terima kasih sudah mau nongkrong di sekolah kami. Ditunggu ‘Norak’ selanjutnya,” ucapnya. Ia juga menambahkan, “mudah-mudahan lebih banyak yang tertarik bergabung diskusi buku.”
Komunitas Babibucom melihat tanggapan positif ini sebagai bukti bahwa masyarakat Konawe Selatan memiliki potensi besar untuk mengembangkan budaya literasi, meskipun prosesnya harus dilakukan secara bertahap.